The Sturdy Designer

When we were much younger people, my cousin ran into some engine problems with her car. I asked where she was going for repairs, and she said, “Oh, I’ll probably take it to the Sturdy Girls.” The…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Asal Laut

Laut baru hadir di dunia ini saat ia terdampar di suatu pesisir. Sebelum itu, tidak ada lagi jejak hidupnya, atau setidaknya sisa dari reruntuhan masa lalunya yang dapat dikenang. Tidak ada yang tahu asalnya atau siapa Laut sebenarnya. Ia sendiri pun tidak tahu.

Ia sering menebar benih kebaikan dan tak satupun ada yang mempertanyakan dari mana asal benih-benih itu. Kesadaran bahwa perjalanan mencari jati dirinya harus ia tempuh sendiri adalah hal pertama yang ia peroleh sejak tiba di tempat ini.

Sebelum kehidupan ini, ia juga berusaha mencari jati dirinya. Agaknya ia terlahir tersesat dan tujuan hidupnya adalah mengejar bayang-bayang.

Entah sudah habis berapa dekade ia berusaha mengingat dan mencari. Apa yang mulanya pencarian diri berubah menjadi pegunungan yang bebannya sudah mulai sulit untuk dipikul.

Malam seperti ini, di mana tiupan angin sanggup membawa ribuan ombak namun tak kuasa mengangkat bahkan satu jari pun, adalah malam kesukaan Laut.

Tapi malam ini berbeda dari malam lainnya. Bintang-bintang berjejer dalam formasi yang baru dan pasir yang ia duduki terasa panas dibanding biasanya.

Perasaan asing yang selalu ia rasakan kembali lebih kuat. Dari sekian momen yang telah ia jalani, hanya keasingan yang senantiasa menemaninya. Sampai-sampai dalam keasingan sudah ia buat sarang yang hanya cukup untuk dirinya.

Malam ini ia duduk lebih dekat dengan lautan. Beberapa kali ombak menyentuh pergelangan kakinya.

Malam ini juga ia sudah lelah mencari jati dirinya. Ia berusaha meyakinkan diri bahwa sudah tidak ada lagi pertanyaan yang perlu dijawab. Tidak ada lagi makna yang perlu digali dari fenomena yang berlalu-lalang di hatinya.

Ia bangkit lalu bertanya ke lautan, langit, dan seluruh hal yang ada di antara keduanya,

“Bagaimana aku bisa menjawab pertanyaanku sendiri bila selama ini aku bisu? Bagaimana aku bisa melihat kebenaran bila mataku selalu dibutakan?

Aku telah menghabiskan entah berapa banyak waktuku di sini, tapi untuk apa?

Bagaimana aku bisa tahu asalku bila akar-akarku sudah lama teruraikan? Apa gunanya bila setelah aku tahu pun akan datang kegelisahan dan bukan ketenangan?

Mengapa aku harus mencari tahu bila pada akhirnya aku hanyalah serangkai identitas yang dipasrahkan kepadaku? Apa pentingnya jati diriku bila aku hanyalah apa yang orang lain pikirkan tentang diriku?”

Dan dalam bahasa yang hanya dimengerti oleh keduanya, lautan memanggil:

Kemarilah, dan mungkin suatu saat kamu akan tahu segala rahasia tentang mengapa.

Harapan dari kata mungkin sudah cukup untuk membawa Laut mendekat ke jangkauan ombak. Di dunia ini, tidak ada yang akan berduka atas hilangnya Laut. Benih yang ia tebar akan busuk, jejak kakinya akan tersapu bersih, dan ingatan sepekat apapun akan lenyap.

Namun bagi Laut, esok akan datang lagi dalam bentuk yang asing. Di suatu tempat di mana langit terlihat lebih luas, ia merupakan benih yang baru saja terdampar.

Add a comment

Related posts:

The Fourth Age

So far my research regarding artificial intelligence has been done through the internet. I looked up and found blogs, articles and anything else that would give me knowledge on artificial technology…

The Links Between Dyslexia And ADHD

The Links Between Dyslexia & ADHD: Exploring commonalities amongst divergent neurotypes. I've been exploring as many divergent neurotypes as possible, in particular those that common co-occur with autism and ADHD (my neurotypes).

What this Millennial learned from reading over her childhood diaries

Tucked away in a nook of my childhood bedroom is a secret store of boxes filled with mementoes. Ballet shoes, Beanie Babies, birthday cards, sticker albums; a folder of watercolour paintings; a…